Selasa, 15 Februari 2011

Ketika Telpon dari Presiden tak Kenal Tunda

Telepon dari Presiden SBY memang sakti. Tak mengenal tunda. Kesaktian telepon orang nomor 1 di Indonesia tersebut terjadi saat pelantikan bupati dan wakil bupati Wonogiri terpilih, Danar Rahmanto dan Yudi Handoko, Senin, 1 November 2010. Gubernur Jateng Bibit Waluyo yang sedang memberikan sambutan resmi di atas panggung tak “berkutik”.
“Mohon maaf, Pak Presiden menelpon,” kata Bibit Waluyo kelabakan di tengah asyiknya memberikan asyiknya memberikan wejangan untuk bupati baru.
Beberapa kali terdengar mantan panglima Kodam IV Diponegoro tersebut mengucapkan kata ya dan siap.
Telopon yang tidak kenal tunda itu, idealnya telopen itu kenal tunda, Apalagi, di tengah proses pelantikan pejabat negara.
Setelah menutup telpon Pak Gubernur kembali ke atas podium kemudian mengatakan “maaf, tadi yang nelepon yang punya negara. Jadi, tidak bisa ditunda. Kalau dari yang lain bisa saya tunda untuk acara ini. Karena yang menelpon presiden, acara ini yang saya tunda,” kata Bibit yang disambut tawa seribuan tamu undangan.
Mari kita renungkan bagaimanakah sikap sehari-hari ketika sedang melakukan sesuatu tiba-tiba datang panggilan dari Yang Maha Raja, Yang Memiliki seluruh semesta alam, termasuk nyawa yang bersemayam di dalam tubuh ini yang ciptaan_Nya juga. Apakah juga kita akan menunda pekerjaan kita sementara demi untuk menerima panggilan Allah SWT yang amat seharusnya tidak bisa ditunda lagi? Nyatanya sering kita menunda menjawab panggilan Allah SWT demi meneruskan dulu pekerjaan kita. Sementara itu pekerjaan kita itu akan sia-sia pula sekiranya Allah Yang Maha Gaib berkehendak menggagalkan pekerjaan itu.
Oleh karena itu masihkah kita menunda waktu shalat ketika suara adzan dikumandangkan?

Tidak ada komentar: