Selasa, 15 Februari 2011

. Biaya Berobat Rumah Sakit

Dikabarkan ada seorang lelaki tua masuk ke rumah sakit. Beliau menderita gangguan pencernaan. Setelah diperiksa oleh dokter ahli, penyakit dalam maka disimpulkan bahwa orang tua itu mengalami kelainan pada ususnya. Untuk mengobati penyakit tersebut maka dokter memutuskan untuk melakukan operasi usus.

Operasi tersebut dilakukan dengan sukses dan orang tua tersebut dinyatakan sehat kembali. Dia dapat makan dan minum lagi dengan baik sebagaimana biasanya.

Kini muncul masalah baru. Ketika pihak administrasi rumah sakit memperlihatkan catatan besarnya biaya rumah sakit yang harus dibayar oleh orang tua itu, tiba-tiba suasana jadi ramai dan pihak rumah sakit jadi bingung. Pada saat orang tua melihat catatan biaya tersebut , dia menangis sedih. Semakin lama semakin sedih kedengarannya. Demikian sedihnya maka orang orang pun disekelilingnya turut menangis dengan sedih pula.

Diantara mereka ada yang memeluk orang tua tersebut sambil berkata dengan lembut, wahai orang tua janganlah bersedih sebab orang yang hadir di sini akan siap membantumu untuk meringankan bebanmu untuk membayar biaya rumah sakit.

Bukannya berhenti menangis, orang tua tersebut semakin menangis keras dengan suara yang menyayat hati sambil geleng-geleng kepala yang semakin lama semakin lemah. Akhirnya ia pingsan. Orang orang semakin panik. Setelah siuman, Kepala Rumah Sakit datang dan bertannya apa sebab sehingga Bapak menangis demikian pilu? Apakah karena Bapak tidak bisa bayar rumah sakit? Atau Bapak hidup sebatang kara?

Setelah menghela nafas sejenak sambil beristigfar berkali-kali, orang tua tersebut melakukan dahulu shalat dua raka’at. Seusai shalat, dia berkata : “Bukan soal pembayaran yang membuat saya menangis sedih karena saya punya asuransi kesehatan. Bukan pula sebatang kara karena saya anak-anak yang hormat dan sayang padaku. Saya menangis karena saya sedih dan malu terhadap Allah yang Maha Rahim. Coba bapak -bapak dan ibu-ibu pikirkan, baru 1 jam saya tak bisa makan maka saya harus membayar Rp. 100.000.000,- ( seratus juta rupiah) untuk ongkos operasi ini agar saya bisa pakai kembali pakai usus ini untuk makan dan minum. Betapa saya tidak malu kepada Allah . Dia telah mengizinkan usus ciptaan-Nya saya pakai selama 65 tahun tanpa biaya sewa sepersenpun. Betapa saya tidak sedih, sudah 65 tahun saya pakai usus ini tanpa disodori surat tagihan sepersen pun namun belum juga rasanya mengucapkan terima kasih kepada-Nya.
Telahkah kita menyadari dan berterimah kasih atas seluruh nikmat Allah yang kita peroleh selama ini ?

Tidak ada komentar: