Rabu, 22 September 2010

Ujian Naik Kelas

Sama dengan seluruh orang yang pernah mengecap pendidikan di bangku sekolah, setiap kali saya mau naik kelas dahulu saya menempuh ujian semester akhir tahun ajaran pendidikan. Bila saya dianggap lulus maka saya akan naik kelas tetapi bila saya dianggap gagal maka saya akan tinggal kelas. Alhamdulillah selama saya menempuh pendidikan di bangku sekolah sejak SD, SMA, dan Perguruan tinggi saya selalu lulus ujian dan tentunya naik kelas. Semua itu karena saya belajar sungguh-sungguh dan teratur dan tentu saja karena pertolongan Allah SWT, yang menganugerahkan saya kesehatan, kesempatan, dan kemauan sehingga saya dapat menggunakan potensi saya untuk belajar.

Selama masa belajar di sekolah ada banyak tantangan dan godaan dalam belajar hingga kadang -kadang juga timbul rasa malas dan bosan. Tetapi tantangan yang paling berat adalah lupa dan ketidakmampuan menggunakan waktu dengan baik. Maka dari itu wajar bila ada beberapa teman tinggal kelas. Hal ini berlaku sepanjang waktu, yakni selalu ada saja anak sekolah gagal naik kelas atau lulus ujian akhir.

Sama halnya dengan ujian naik kelas, dalam tingkatan keimanan juga ternyata ada ujian naik tingkat iman yang lebih tinggi. Setiap kali kita akan naik ke tingkat iman yang lebih tinggi maka selalu ada ujian untuk itu. Tantangan dan godaan juga senantiasa menyertai diri kita. Oleh karena itu wajar pula ada orang selalu tinggal kelas dalam tingkatan iman mereka hingga imannya selalu berada dalam kelas rendah.

Kita membutuhkan kesungguhan dan kesabaran dalam menempuh penididikan iman dalam kehidupan kita. Kita semestinya tekun berzikir, menegakkan shalat, bersedekah, dan berdo'a sehingga kita dapat naik kelas lebih tinggi dalam iman. Kita juga harus mengetahui tantangan paling keras dalam menempuh pendidikan iman, yakni rayuan syetan, nafsu terhadap harta, tahta, dan lawan jenis. Oleh karena itu marilah kita bekerja sama dan tolong menolong dengan cara saling berpesan-pesan dalam kebenaran pada pendidikan iman ini agar kita sama-sama dapat naik kelas.

Seorang Siswa yang Bolos

Abu Rayhan Al-Biruni

Apa tanggapan anda bila seorang siswa tiap kali berangkat ke sekolah maka sebelumnya dia akan mencium tangan kedua orang tuanya. Tentu anda akan mengatakan anak tersebut sopan dan hormat kepada orang tuanya. Sama dengan anda, saya pun akan beranggapan demikian. Anak tersebut terkesan taat kepada kedua orang tuanya.

Tetapi bagaimana kalau tiba-tiba datang surat dari sekolahnya yang dikirim kepada kedua orang tuanya. Isi surat itu meminta agar kedua orang tuanya berkunjung ke sekolah untuk bertemu dengan guru BP dalam rangka mendiskusikan masalah anaknya. Mengapa ? Karena anaknya ternyata sudah hampir satu bulan tidak masuk sekolah (membolos) dan menunggak uang sekolah selama 6 bulan. Bukan hanya itu, tetapi ia juga sering mencuri uang teman-temannya.

Tentu kita merasa tertipu dengan sikap sopan siswa tersebut. Sikap dan perilakunya brtolak belakang. Siswa seperti ini digolongkan sebagai siswa pendusta atau munafik.

Sekarang bagaiamana keadaan sebagian orang-orang zaman sekarang? Mereka menghiasai masjid dan rumahnya dengan kaligrafi al-Qur'an tetapi hatinya kosong dari hiasan al-Qur'an. Mereka bergairah mengadakan acara peringatan maulid Nabi Muhammad, tetapi mereka menentang dan mengabaikan sunnah dan akhlak Nabi Muhammad SAW. Mereka membangun masjid tetapi sumber dananya dari pekerjaan yang haram.

Tentu kita merasa tertipu dengan sikap sopan muslim tersebut, Sikap dan perilakunya bertolak belakang. Muslim seperti ini digolongkan sebagai muslim pendusta atau munafik.

Orang seperti tersebut akan sangat menarik hati bilamana mereka bicara tentang dunia. Padahal hati mereka adalah penentang kebenaran. Sungguh sedih bilamana kita tertipu oleh orang-orang yang bermental munafik

Bila Anda Berjanji kepada Atasan Anda

Abu Rahyan

Suatu waktu saya berjanji kepada atasan saya untuk menyelesaiakan sebuah tugas yang diamanahkan kepada saya. Amanah tersebut saya terima ketika atasan saya menawarkan kepada saya. Saya katakan bahwa saya siap dan sanggup melaksanakan amanah tersebut. Maka ketika tiba hari yang dijanjikan maka atasan saya menagih janji kepada saya. Beliau marah kepada saya ketika saya katakan bahwa tugas tersebut belum selesai saya laksanakan dengan beberapa alasan. Namun beliau tidak mau memaafkan saya. Saya dianggap tidak amanah dan ingkar janji, dan lalai. Sehingga tugas tersebut dialihkan kepada rekan kerja saya.

Saya merasa sangat malu dengan kejadian tersebut. Boleh jadi anda juga pernah ingkar janji. Betapa malu dan menyesalnya kita bilamana kita tidak melaksanakan tugas tepat pada waktunya sesuai dengan janji yang telah kita terima dengan sukarela.

Sekarang tidakkah kita pahami bahwa kita telah menerima sebuah amanah berupa tugas di bumi ini, yakni beribadah kepada Allah SWT, menjadi khalifah-Nya , dan menajdi da'i Allah SWT sepanjang kehidupan kita di bumi ini sejak usia balq. Semua amanah tersebut kita terima dengan sukarela ketika kita berumur 120 hari waktu masih berada dalam rahim ibu kita. Demikian yang kita diingatkan dalam Al-Qur'an (7) :179.

Betapa menyesal dan malunya kita kelak di akhirat jika ternyata kita digolongkan orang yang ingkar janji terhadap Allah SWT. Kita akan dimasukkan ke dalam neraka tempat siksaan yang paling buruk. Konon panas apinya 70 kali lipat dengan panas api di dunia ini.

Oleh karena itulah marilah kita segera bertaubat sebelum terlambat, untuik segera memenuhi janji kita kepada Allah SWT.

Minggu, 05 September 2010

Ternyata Berkorban itu Indah

Beberapa waktu berlalu aku melihat seokor burung terbang menuju sarangnya. Tak lama kemudian dia mengeluarkan makanan dari paruhnya kemudian memberi makan kepada anak-anaknya yang masih kecil dan lemah. Induk burung tapak bahagia sekali setelah itu. Dia tidak peduli betapa letihnya dia terbang jauh mencari makanan untuk anaknya. Dalam tayangan film "Kasih Sayang dalam Dunia Binatang" karya Harun Yahya, ditampilkan betapa burung Pinguin Jantan menjaga telur betinanya selama berbulan-bulan tanpa makan di atas kakinya sambil ditutupi bulu bulu tebal dalam cuaca dingin sekali. Mereka bergerak dengan sangat susah dan hati-hati agar telur itu tidak jatuh membeku di atas hamparan es yang dingin. Beberapa waktu kemudian telur penguin menetas menjadi penguin-penguin muda. Tampak pula penguin jantan itu demikian bahagia. Demikianlah seterusnya berbagai macam pengorbanan dalam dunia binatang yang dijalani dengan damai nan indah.

Sama halnya manusia. Seorang suami, setelah bekerja bertahun-tahun akhirnya dia dapat membelikan sebuah rumah mungin untuk istri dan anak-anaknya kemudian berguman : "Ah akhirnya lega, bahagia rasanya setelah berhasil membelikan rumah, wahai kekasih."

Begitu pula seorang Ibu setelah sepanjang hari mengurus rumah tangganya lalu menyusui pula anak bayinya di malam hari,lalu dia berbisik : "Ah betapa indah hidup ini bayiku sehat dan keluargaku terurus semuanya hari ini." Duhai Tuhan, padahal sang Ibu ini hampir saja tidak bisa bangun pagi karena letihnya melakukan semua itu. Namun masih saja ia tersenyum manis di pagi hari.

Begitulah indahnya bila pengorbanan dilakukan dengan dasar cinta kasih yang mendalam.
Begitupulalah yang kita akan rasakan manakala kita ada cinta mendalam terhadap Allah SWT , semuanya terasa indah dan ringan kita lakukan perintah-perintah-Nya dan terasa indah dan ringan menjauhi laranga-laranganya. Begitulah yang dilakukan Para Rasul, Para Nabi, Para Sahabat, Para Wali, Para Shuhada, Para Siddiqin, da Para Orang Saleh, mereka semua dengan indah dan ringan mengorbankan harta dan hidupnya untuk menggapai ampunan, rahmar, dan ridho Allah SWT.

Maka dari itu mereka sangat senang berzikir, shalat, zakat, sedekah, puasa, haji, silatuhrrahim, memeberi makan orang fakir miskin, berbuat pada orang tua dan tetangga, dan bahkan mereka sangat senang menyerahkan nyawanya dalam medan jihad bila memang diperlukan.

Kita Butuh dua Sinar untuk Melihat

Abu Rayhan Al Biruni

Ada seorang bijak berkata bahwa kita membutuhkan dua sinar agar bisa melihat benda-benda di sekeliling kita. Pertama sinar dari luar dan kedua sinar dari dalam diri kita. Sinar dari luar adalah sinar matahari waktu siang dan sinar lampu atau cahaya bulan waktu malam. Sinar dari dalam diri kita yang dimaksud adalah mata kita sendiri lengkap dengan saraf-sarafnya sehat, tidak buta, terbuka, dan tidak tidur Kalau tidak ada sinar dari luar maka kita tidak bisa melihat apa-apa karena gelap. Namun walaupun ada sinar dari luar atau cuaca terang tetapi namun mata kita buta maka tetap saja kita tidak bisa melihat apa-apa walaupun itu istri kita yang menawan.

Sama halnya dengan melihat kebenaran kita membutuhkan dua sinar yaitu sinar dari luar dan sinar dari dalam diri kita. Sinar dari luar adah kepahaman dan pengetahuan kita terhadap Al-Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Sinar dari dalam kita adalah iman / keyakinan yang sahih dalam hati kita yang sehat. Kalau kita tidak memiliki pengetahuan dan kepahaman terhadap Al-Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW - termasuk sirah Nabi- maka kita tidak akan bisa melihat kebenaran dalam agama kita -Islam. Tetapi walaupun kita memiliki pengetahuan dan kepahaman Al-Qur'an dan Hadist Nabi Muhammad SAW - hingga kita sekolah sampai S3 dan seterusnya - namun hati kita kosong dari iman / keyakinan sahih terhadap Allah SWT, maka tetap saja kita tidak akan melihat kebenaran itu -Islam.